(فاتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة أعدت للكافرين ) البقرة: 24.
“Maka takutlah kamu kepada api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al Baqarah : 24)
Begitu pula dengan ayat-ayat lainnya yang juga menjelaskan keadaan neraka dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.
Kedahsyatan dan kengerian neraka juga dinyatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwasanya beliau bersabda :
«نَارُكُمْ
هَذِهِ الَّتِى يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ
حَرِّ جَهَنَّمَ ». قَالُوا وَاللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً يَا
رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « فَإِنَّهَا فُضِّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ
وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهَا مِثْلُ حَرِّهَا ». مسلم (7344).
“Api
kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanyalah satu bagian
dari 70 bagian neraka Jahanam. Mereka berkata: demi Allah, (sungguh) ia
telah cukup (untuk membakar orang orang yang kafir dan berdosa) wahai
Rasulullah, beliau bersabda: sungguh ia telah dilipat kalikan atasnya
sebanyak 69 bagian, semuanya seperti panasnya (api dunia) ” (H. R Muslim no. 7344)
Jikalau
api dunia saja dapat menghanguskan tubuh kita, bagaimana dengan api
neraka yang panasnya 69 kali lipat dibanding panas api dunia? Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.
Wanita adalah kebanyakkan penghuni neraka:
Tentang hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
« اطَّلَعْتُ فِى الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ ».
“Aku
melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah
fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku
menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari, no. 3069 dan Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
Dari Usamah Bin Zaid –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Rasulullah –shalallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
«قُمْتُ
عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينُ،
وَإِذَا أَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ إِلاَّ أَصْحَابَ النَّارِ فَقَدْ
أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا
عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ». رواه مسلم (رقم:7113).
"Aku
berdiri di depan pintu syurga, lalu (kulihat) kebanyakkan orang yang
masuk kedalamnya adalah orang orang miskin, dan orang orang yang kaya di
tahan kecuali penghuni neraka mereka di suruh untuk masuk keneraka, dan
aku berdiri di depan pintu neraka maka (kulihat) kebanyakkan yang masuk
kedalamnya adalah wanita". (H. R Muslim, no. 7113).
Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi -Shalallahu ‘alaihi wassalam- bersabda :
( إن أقل ساكني الجنة النساء ). رواه مسلم (7118).
“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim, no. 7118).
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas seraya berkata:
(قال
علماؤنا: إنما كان النساء أقل ساكني الجنة لما يغلب عليهن من الهوى و
الميل إلى عاجل زينة الدنيا لنقصان عقولهن أن تنقدن بصائرها إلى الأخرى
فيضعفن عن عمل الآخرة والتأهب لها ولميلهن إلى الدنيا والتزين بها و لها ثم
مع ذلك هن أقوى أسباب الدنيا التي تصرف الرجال عن الأخرى لما لهم فيهن من الهوى والميل لهن فأكثرهن
معرضات عن الآخرة بأنفسهن صارفات عنها لغيرهن سريعات الانخداع لداعيهن من
المعرضين عن الدين عسيرات الاستجابة لمن يدعوهن إلى الأخرى و أعمالها من
المقتين). التذكرة
“Penyebab
sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang
mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada
kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya
akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan
kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.
Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria
dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka,
kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka
dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap
agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)
Hadits
hadits diatas menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang penduduk Surga yang
mayoritasnya adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas
penduduknya adalah wanita. Tetapi hadits ini tidak menjelaskan
sebab-sebab yang mengantarkan mereka ke dalam neraka dan menjadi
mayoritas penduduknya, namun disebutkan dalam hadits lainnya.
Ciri ciri wanita penghuni neraka:
Jika kita membaca hadits Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam
tentang penghuni neraka, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang
menjerumuskan kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi mayoritas
penduduknya dan yang menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari
penghuni Surga, diantaranya:
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Di
dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan
shalat yang panjang, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga
dan neraka, seraya bersabda:
((...ورأيت
النار فلم أر منظرا كاليوم قط ورأيت أكثر أهلها النساء قالوا: بم يا رسول
الله ؟ قال بكفرهن قيل أيكفرن بالله ؟ قال: يكفرن العشير ويكفرن الإحسان لو
أحسنت إلى إحداهن الدهر كله ثم رأت منك ما تكره قالت ما رأيت منك خيرا قط
)) رواه البخاري.
“
… Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan
seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum
wanita. Shahabat pun bertanya :“Mengapa (demikian) wahai Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam
menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah
mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab :“Mereka kufur terhadap
suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau
berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang
panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai)
niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan
pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari, no. 1053, dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Kekufuran
model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum Muslimin,
yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama
sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok
dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun
dihapus oleh hujan sehari. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang
istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya,
janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini sebagaimana
dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
(لاَ
يَنْظُرُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكَرُ
لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ). رواه النسائي في السنن الكبرى
(رقم:9086) والبزار في مسنده (2349). وصححه الشيخ الألباني في الصحيحة
(رقم: 289).
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri suaminya sedang ia selalu membutuhkannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra (9086) dan Al Bazzar dalam musnadnya (2349) dari Abdullah bin ‘Amr). Di shohihkan oleh syekh Al Bani (no. 289).
Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang menginginkan ridha
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak sepantasnya bagi
wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan
suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak
mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.
Jika
demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita yang
kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam
neraka walaupun mereka tidak kekal di dalamnya.
Cukup
kiranya istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para
shahabiyah sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin dalam
mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya, agar
mereka tergolong kedalam orang orang yang mensyukuri Allah Ta'ala,
sebagaimana yang di jelaskan oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam
dalam sabda beliau:
(( لا يشكر الله من لا يشكر الناس )). أبو داود (رقم: 4813).
"Tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia"
2. Durhaka Terhadap Suami (النشوز)
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin.
Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1. Durhaka dengan ucapan.
2. Durhaka dengan perbuatan.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk pertama
ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada
suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap
dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya.
Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak
senang atau lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering
dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan
ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.
Termasuk
bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan
perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya
tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan
tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak
kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk
serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’
(dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau
didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.
Permintaan
cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri
karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami.
Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena
suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sungguh
jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya.
Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
« أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا طَلاَقًا فِى غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ ».
“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud, no. 2228, dan Ibnu Majah, no. 2055). Di shohihkan oleh syekh Al Bani dalam "shohih sunan abu daud" (no. 1928).
Bentuk kedurhakaan kedua
yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu ketika
seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka
masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh
dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang
semisal dengan itu.
Dalam hadits Rasulullah bersabda:
(إذا
دعا الرجل امرأته إلى فراشه فلم تأت لعنتها الملائكة حتى تصبح) وفي لفظ
(فبات و هو عليها غضبان لعنتها الملائكة حتى تصبح). ولفظ الصحيحين أيضا:
(إذا باتت المرأة هاجرة فراش زوجها فتأبى عليه إلا كان الذي في السماء
ساخطا عليها حتى يرضى عنها زوجها).
"Apabila
suami mengajak istri keranjangnya (untuk jima') lalu ia tidak memenuhi
maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai subuh". Dalam riwayat : "lalu ia tidur malam sedang suaminya murka maka para malaikat akan melaknatnya sampai subuh". Dalam riwayat lain:
"Apabila istri diwaktu malam meninggalkan ranjang suaminya, ia enggan
mendatanginya, maka yang di langit (Allah) akan murka kepadanya sampai
ia minta keridhaan suaminya".
Termasuk
dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin
suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang
demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab
syar’i. Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan
perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka
dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya,
berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau
atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan
mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk
lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik
diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan
puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti
shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan.
Dalam hadits Rasulullah bersabda:
((لا يحل لامرأة تؤمن بالله و اليوم الآخر أن تصوم وزوجها شاهد إلا بإذنه ولا تأذن في بيته إلا بإذنه)) أخرجه البخاري.
"Tidak
boleh bagi perempuan yang beriman dengan Allah dan hari akhirat
berpuasa (sunat) sedang suminya bersamanya kecuali dengan izinnya, dan
tidak mengizinkan (seseorangpun) masuk kedalam rumahnya kecuali dengan
izinnya".
Maka
setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah
istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Jika
kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri
maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan
perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim
As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan).
Sungguh
merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih
jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita
yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan
kesenangan dunia yang menipu.
Ketahuilah
wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan
bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan
yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi
ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga
yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.
Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan
syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk
menjalaninya.
Rasulullah bersabda:
«حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ». رواه مسلم (7308).
"(Jalan ke) Syurga dipenuhi dengan rintangan rintangan dan (jalan ke) neraka di penuhi denga syahawat". (H. R Muslim, no. 7308, dari Anas Bin Malik –radhiyallahu 'anhu-).
Dan
ketahuilah bahwa suamimu wahai saudariku Muslimah adalah syurgamu atau
nerakamu, jika kamu mentaatinya balasanmu adalah syurga, akan tetapi
sebaliknya jika kamu mendurhakainya maka nerakalah balasannya,
sebagaimana dalam hadits:
(أَنَّ
عَبْدَ اللهِ بْنَ مِحْصَنٍ أَخْبَرَ عَنْ عَمَّةٍ لَهُ أَنَّهَا دَخَلَتْ
عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِبَعْضِ الْحَاجَةِ فَقَضَى
حَاجَتَهَا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ ؟ قَالَتْ: نَعَمْ قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ
لَهُ ؟ قَالَتْ: مَا آلُوهُ، إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ فَقَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ،
فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ). رواه النسائي في السنن الكبرى (رقم:8913)
وأحمد في المسند (رقم:27352) وصححه الألباني في الصحيحة (رقم:2612).
"Abdullah
Bin Mihshan mengabarkan dari bibinya, bahwasanya ia masuk menemui
Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, lalu Rasulullah berdiri (pergi)
untuk sebagian keperluannya, lalu ia memenuhi kebutuhannya, dan beliau
bertanya kepadanya: apakah kamu mempunyai suami? Ia
menjawab: Ya, beliau bertanya: bagaimana (sikap/layanan) kamu
kepadanya, ia menjawab: Saya tidak membiarkannya (selalu
memperhatikannya) kecuali jika saya tidak mampu, maka Rasulullah
shalallahu'alaihi wasallam bersabda: "perhatikanlah sikapmu (layananmu) kepadanya, sesungguh ia adalah syurgamu dan nerakamu").
Maksudnya
adalah: ia (suami) adalah penyebab istri masuk syurga dengan
keredhaannya, dan juga penyebab istri masuk nereka dengan kemurkaannya,
maka hendaklah para istri bermu'amalah baik dan memberikan layanan yang
terbaik dan tidak menyelisihi perintahnya selagi dalam keta'atan kepada
Allah.
Dalam hadits Rasulullah –shalallahu'alahi wasallam- bersabda:
(لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها). رواه الترمذي.
"Jika aku menyuruh seorang sujud kepda seseorang tentu akan akau suruh istri sujud kepada suaminya".
Hanya
wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta
maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia
lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan
sabar dalam mentaati perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan
kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan tangisi.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang
wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta
apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat
menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman 120)
Hal
ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang
dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang
dipakainya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
«
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ
كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ
عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ
رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا ». رواه مسلم (رقم:
5704).
“Dua
golongan dari penghuni nereka yang tidak (perna) aku lihat: suatu kaum
yang memiliki cambuk (cemeti) seperti ekor sapi yang mereka gunakan
untuk memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka (karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya),
kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga
dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari
jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim, no. 5704 ).
Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah mengomentari hadits diatas seraya berkata: “Wanita-wanita
yang dimaksudkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah yang memakai
pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka
mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang
pada hakikatnya … .” (Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka
adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya :
(ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها ) النور: 31
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka kecuali yang tampak darinya.” (An Nur : 31)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131 : “Termasuk
dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah
menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup
muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya jika mereka keluar rumah … .”
Dan
ini adalah termasuk dosa besar sebagaiamana yang di sebutkan oleh Ibnu
Hajar AL Haitami dalam kitabnya (Az zawajir 'anil iqtiraafil kabaair),
dosa besar no. 108.
Dengan
perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret
kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya
tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang
kokoh sekalipun. Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi
dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam sendiri menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah
yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya
wanita.
Sejarah
sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang
tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya
disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan
berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya
dikarenakan wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan
ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus
lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang
pantas untuk tidak mendapatkan wanginya Surga.
Hanya
dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria
ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan
menampakkan di hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi jika di
sana-sini terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian
adalah hasil perbuatan mereka sendiri. Oleh karenanya Allah menyuruh
mereka untuk menetap dirumah dan melarang bertabarruj, sebagaimana dalam
firman-Nya:
(وقرن في بيوتكن ولا تبرجن تبرج الجاهلية الأولى) الأحزاب: 33
“Dan
tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian
bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (Al Ahzab : 33)
Masih
banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas
penduduk neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja
karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam
kehidupan masyarakat negeri kita ini.
Sebagian amalan yang menyelamatkan dari nereka:
Dari
salah satu hadits diatas kita dapatkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita
dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang
berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita,
beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat
kemudian beliau bersabda : “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan
kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita
yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua
pipinya, iapun bertanya : “Mengapa demikian, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab : “Karena kalian banyak mengeluh dan
kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)
Ukhti muslimah !!
Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita semua dari adzabnya. Amin.
Wallahu A’lam bish Shawwab.........
No comments:
Post a Comment